Surabaya baru saja meraih peringkat pertama
sebagai kota pariwisata terbaik se-tanah air, versi Yokatta Wonderful Indonesia
Tourism Awards 2018.
Dalam peringkat sepuluh besar tersebut,
Kota Pahlawan dinilai memiliki komitmen, performa, inovasi, kreasi, dan
dukungan pemerintah yang tinggi dalam membangun pariwisata lokal, yang
membuahkan kenaikan signifikan pada impresi positif publik sebanyak 40 persen,
jumlah tertinggi saat ini, yang mengalahkan Bali dan BIntan.

Selain itu, mengingat posisinya yang
merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, menjadikan Surabaya
memiliki karakter unik dalam segi pariwisatanya. Kota ini memadukan kesan
kosmopolitan dengan aura kebersahajaan, sehingga menjadikannya terkesan ramah
bagi pengunjung dari luar wilayahnya.
Untuk mencapai Surabaya, tersedia banyak
sekali moda transportasi, tidak terkecuali melalui udara. Citilink adalah salah satu
maskapai penerbangan kategori low cost carrier yang memiliki jumlah penerbangan
melimpah dari dan ke Kota Pahlawan.
Menjangkau lebih dari 30 destinasi yang
terkoneksi dengan kota Surabaya
menjadikannya sebagai pilihan kompetitif untuk menuju Surabaya, dan
mengeksplorasi lebih jauh segala pesonanya.
1. Kembang Jepun (Kya Kya)
Dikenal sebagai pecinan terbesar di Jawa
Timur, Kembang Jepun menawarkan beragam keunikan yng semakin semarak ketika
memasuki malam. Setiap harinya, di atas pukul 8 malam, penjual makanan berkumpul
di sini, menjajakan aneka rupa kuliner, yang disantap di area-area terbuka yang
begitu ramah. Bahkan, jika kamu jeli memeprhatikan, kerap kali ada pertunjukan
musik ringan, yang siapa pun bisa turut serta untuk berpartispasi di dalamnya,
bernyanyi bersama tanpa beban. Sungguh menyenangkan.
2. Museum Pahlawan
Tugu peringatkan berbentuk obelisk ini
dipersembahkan bagi mereka yang tewas dalam Pertempuran Surabaya, yang dimulai
pada 10 November 1945. Monumen tersebut memiliki tinggi lebih dari 41 meter, dengan
sepetak besar rumput di bagian depan. Ada museum di belakang obelisk tersebut,
yang menampilkan beberapa diorama perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan fokus
pada Pertempuran Surabaya, di mana para pejuang lokal bertempur habis-habisan
melawan unit tentara Inggris dan India, sebelum mereka diusir setelah tiga hari
pertempuran sengit.
3. Masjid Muhammad Cheng-Ho
Terletak tidak jauh dari Tugu Pahlawan,
terpatnya di bagian tenggara, berdiri kokoh Masjid Mujammad Cheng-Ho, yang
dibangun pada abad ke-15. Penamaan masjid berarsitektur campuran China dan Jawa
ini merujuk pada sosok Laksamana Zheng He, alias Cheng-Ho, yang terkenal
melakukan ekspedisi lintas Asia sebagai satu-satunya utusan Kekaisaran Tiongkok
yang beragama Islam. Luasnya tidak seberapa besar, dan ditambah berada di
tengah kawasan padat penduduk. Meski begitu, suasana adem langsung menyergap
tatkala kaki melangkah masuk ke tempat ini.
4. Pasar Qubah
Islam datang ke Jawa melalui pedagang Arab,
dan pasar Qubah di Surabaya adalah warisan mereka. Lonely Planet menjuluki
pasar ini sebagai souq "Damascene" dan merupakan rumah bagi salah
satu masjid tertua di Indonesia, Masjid Ampel. Secara umum, area Qubah seperti
banyak distrik pasar konvensional, terdiri dari banyak toko kecil, yang menjual
apa saja yang ingin kamu beli, mulai dari pakaian hingga aneka kudapan lokal
yang menggoda selera. Adapun Masjid Ampel yang berusia lebih dari 600 tahun,
masih tetap mempertahankan sebagian struktur lokalnya yang terbuat dari kayu.
5. Museum Kapal Selam
Dekat dengan jantung kota Surabaya, di tepi
sungai Kalimas, adalah Monkasel (singkatan dari Monumen Kapal Selam), rumah
bagi KRI Pasopati. Ini adalah bekas kapal selam Rusia, yang beroperasi di
Angkatan Laut Indonesia dari tahun 1962 hingga 1990. Kapal selam ini tidak
besar, hanya sepanjang 76 meter, yang dapat dijelajahi hanya dalam waktu 10
menit, atau bisa jadi kurang dari itu. Selain kapal selam, ada ruang video yang
menayangkan film selama 15 menit tentang sejarah pasukan maritim Indonesia yang
berpusat di Surabaya. Tiket masuknya cukup membayar Rp 10.000 per orang.
6. House of Sampoerna
Berada di area kota
tua Surabaya, House of Sampoerna awalnya merupakan panti asuhan yang dikelola
oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1862 dan dibeli oleh pendiri Sampoerna
pada 1932 untuk dijadikan tempat produksi rokok Sampoerna. Kini, HOS menjadi
museum napak tilas perjalanan industri rokok kretek di Indonesia, khususnya
rokok produksi PT HM Sampoerna Tbk. Di sini Anda dapat menyaksikan langsung
suasana ruang produksi rokok yang masih menggunakan teknik gulung manual.
Belum ada tanggapan untuk "Berpetualang Menyelami Sejarah Unik Kota Surabaya"
Post a Comment